Sale Pisang Majenang


 

Jika bertanya oleh-oleh apa yang bisa dibawa dari Majenang? Anda pasti mendapatkan satu jawaban. Yakni sale pisang Majenang.
Ya, sale pisang menjadi jajanan khas kecamatan yang berada dekat perbatasan Jateng-Jabar ini. Panganan khas dari wilayah barat Kabupaten Cilacap ini selalu menjadi sasaran pemburu oleh-oleh ketika kembali ke kota asalnya masing- masing.
Jajanan yang terbuat dari pisang itu memang paling pas untuk oleh-oleh. Selain manis, gurih, dan renyah buat cemilan, panganan itu mampu bertahan hingga beberapa pekan. Jadi jika perjalanan anda cukup jauh, tak perlu khawatir, legitnya sale pisang Majenang tetap bisa dinikmati sesampainya di rumah.
Seperti namanya, bahan baku utama makanan itu adalah pisang. Biasanya, perajin akan menggunakan jenis pisang Ambon atau Siyem yang lebih cocok dibuat sale. Cara membuatnya tidaklah sulit, daging pisang diiris ekstra tipis hingga membentuk lembaran-lembaran pisang.
Selanjutnya, lembaran-lembaran pisang itu dirangkai menjadi berbagai bentuk. Ada yang bulat, persegi panjang, sampai berbentuk semprong (pipa).
Lembaran pisang yang telah dibentuk lalu dijemur di bawah terik matahari. Tidak jarang, awan atau hujan menutupi sinar matahari. Untuk mengatasinya, para perajin biasanya telah menyiapkan oven atau pemanggang untuk mempercepat pengeringan.
Sebelum ada konversi gas elpiji, kebanyakan perajin menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakar oven pengering pisang. Namun kini, sebagian dari mereka lebih memilih kayu bakar, karena jauh lebih ekonomis dibanding minyak tanah atau gas.
Seperti yang dilakukan oleh Ny Wahyuningsih, perajin sale pisang asal Desa Jenang, Kecamatan Majenang. Istri yang meneruskan usaha suaminya, almarhum H Ande itu menggunakan kayu bakar untuk mengeringkan pisangnya.
"Kalau pakai kayu bakar lebih murah. Uang Rp 300 ribu bisa buat beli 5 m3 kayu bakar dan bisa dipakai satu minggu. Tapi kalau pakai minyak bisa habis Rp 160 ribu hanya untuk satu hari," katanya.
Setelah kering, lembaran pisang itu digoreng dalam minyak panas. Dalam sehari, perajin yang mempekerjakan 20 orang karyawan itu mampu membuat 1-2 kuintal sale pisang. Adapun harganya berkisar Rp 24.000 per kilogram.
Selama lebaran, penjualannya meningkat drastis. Tahun lalu, sebanyak 6.000 bungkus sale pisang eceran yang dijual di rumahnya habis disikat pembeli. Seorang pembeli biasanya langsung memborong 20-25 bungkus ukuran 2,5 ons.
Hal serupa dialami H Kustoyo dan Ny Kusiyah, perajin sale pisang Desa Sindangsari, Kecamatan Majenang. Selain diborong oleh pemudik untuk oleh di kotanya, sale tersebut juga dipesan para pedagang besar. Pada umumnya, produk khas Majenang itu dijual ke Surabaya, Jakarta, Bandung, Cirebon, Semarang, Purwokerto, dan Cilacap.
Untuk mencukupi permintaan, para perajin itu biasanya menggenjot produksinya untuk memperbanyak stok, sebelum lebaran tiba. Tujuannya agar pembeli tidak akan kehabisan sale pisang untuk oleh-oleh teman, keluarga, atau kerabat mereka di kota asalnya.

Favourite